Laki-laki?

Banyak laki-laki yang merasa dirinya hebat. Namun, tak semua dari mereka beranggapan seperti itu tanpa bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan kehebatan yang diembannya. Sebagian lagi memang hanya sok hebat. Sudah ditakdirkan laki-laki lebih kuat dari perempuan dan tercipta untuk melindunginya. Dengan segala kenormalan yang dimiliki seorang laki-laki, pastilah ia bisa untuk kuat, berani, gigih dan pantang menyerah, jika ia mau. Sayangnya tidak semua laki-laki memiliki percaya diri yang utuh untuk setidaknya punya keinginan berjiwa laki-laki. Kita tidak sedang membicarakan waria. Kita bicara tentang jiwa.

Jiwa laki-laki sudah selayaknya memberi kekuatan di luar kekuatan fisik yang ia punya. Kuat untuk bertahan, kuat untuk menjaga, kuat untuk tidak mengeluh. Seiring berjalannya waktu, semakin marak saja laki-laki manja, yang hanya bisa mengandalkan, bergantung, dan mengadu untuk keluhnya. Seharusnya laki-laki adalah penopang, tempat bersandar, tempat bermanja, tempat ibu dan adik perempuan mereka berlindung, bukan sebaliknya. Bahkan masuk sekolah menengah saja gontai tanpa perjuangan. Ibunya yang sibuk mengurus sana-sini dan 'ini-itu'.

Jiwa laki-laki tak kenal takut, kecuali pada orang tua dan Tuhan. Konteksnya tidak takut pada ancaman, keterpurukan, kesulitan, terutama pada tantangan. bukan berarti jiwa laki-laki tidak semestinya waspada, sembarangan, dan tanpa perhitungan. Jiwa laki-laki tetap berani pada konteks yang bertanggung jawab.

Laki-laki punya tanggung jawab yang lebih besar dari perempuan. Ya, benar. Hal itu pun sudah diatur dalam Al-Qur'an. Terkait dengan tanggung jawabnya, maka laki-laki sepatutnya gigih dan pantang menyerah untuk bekerja keras. Tidak hanya mengenai usaha memeroleh sesuatu tetapi juga memerjuangkan sesuatu. Memerjuangkan kebenaran, baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Ada satu cerita seorang teman, tentang pacarnya yang sulit untuk diajak bicara ketika sedang ada pertengkaran. Mengapa untuk bicara saja sulit? Bukankah itu upaya menyelesaikan masalah (bicara dengan tenang dan tanpa emosi tentunya)? Siapa yang ingin terus jalan di tempat berkutat dengan masalah?

Lari dari masalah dengan tidak mengatakan alasan kekesalannya pada pacarnya, misalnya. "Percuma, aku bilang ke kamu pun, pasti tetap kamu yang benar." Apa yang bisa kau temukan dari pernyataan itu? 1. Lari dari masalah, 2. Tidak percaya diri. Dia tidak yakin bahwa ia dapat menjelaskan alasan kekecewaannya pada perempuannya. Dia pikir si pacar merasa lebih baik dengan begitu. Ah, tidak. Perempuan tidak suka laki-laki seperti ini. Lebih baik terus terang, dan katakan, yakinkan. Maka si perempuan akan menyadari kesalahannya dan lebih menghormati si laki-laki.

Jika Anda memang benar hebat, buktikanlah dengan kepribadian Anda. Sesungguhnya kepribadian itu segala-galanya dibandingkan dengan fisik wajah dan tubuh.

Jika laki-laki yang sesungguhnya tak lagi siap tegak di depan, di belakang siapa lagi perempuan harus berdiri? Toh laki-laki selalu tak ingin 'dilangkahi' perempuannya?

Comments

Popular Posts